Thursday, March 26, 2009

Mo curhat nih ...




Pagi-pagi saya jalan naik motor kesayangan di sultan abdurrahman di hari nyepi...

Nah... waktu lewat di depan sebuah tempat bimbingan belajar .. eng ing eng .. masya Allah banyak kali sepeda motor parkir... Jadi bertanya-tanya ini khan hari libur githu loh, pada ngapain aja? gak pengen istirahat?

Sebenarnya udah lama saya berpikir... sepertinya ada yang salah dengan sistem pendidikan kita selama ini...

Seperti judul yang saya tulis di atas, sekarang para pelajar *khususnya yang di kelas 3* harus menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk "belajar"...

Nah kata "belajar" sengaja saya tulis dalam tanda petik. Bukan karena apa-apa, tapi sepertinya makna belajar sekarang sudah bergeser...

Kalau kita terjemahkan, lebih tepat diartikan sebagai "berlatih menjawab soal".

Ini bukan mengada-ada... Pernah suatu ketika saya dan kawan-kawan ngobrol-ngobrol. Kira-kira begini obrolannya :

"wew, pendidikan di Indonesia itu aneh... kalau di Jepang sana anak-anak TK udah belajar bikin robot, anak-anak kita masih sibuk merengek minta dibeliin robot."

ada yang nambahin ...

"iya nih... orang pelajar di negara lain udah mikir tentang kehidupan di luar angkasa... eh pelajar kitanya masih sibuk latihan ngejawab soal biar bisa lulus ujian..."

"kalo gini sih... gak usah sekolah aja, latihan jawab menjawab soal aja tiap hari... toh parameter keberhasilan pendidikan kita hanya diukur lewat nilai ujian..."

Jadi makin bingung... sebenarnya apa sih yang diinginkan oleh sistem? Mencerdaskan kehidupan bangsa atau sekedar membuat generasi mudanya mahir menjawab soal?

Nah.. menggerutu aja kyknya gak bakalan menyelesaikan masalah nih. Jadi gimana dong... tau ah ... puyeng mikirinnya. Kita berdoa aja agar pemilu mendatang mampu menghasilkan pemerintahan yang lebih baik... yang serius mikirin nasib pendidikan kita. Karena suka tidak suka.. pendidikan adalah salah satu faktor penting yang menentukan nasib bangsa di masa yang akan datang.

Amin..amin ya rabbal 'alamiin.

4 comments:

Dini Haiti Zulfany said...

saya korban yang ditelpon liburlibur dimintain ngajar.. ya itu, beneran. buat berlatih menjawab soal...

untung saja saya manusia yang masih perlu istirahat, dan perlu kampanye di hari LIBUR :)

Hanafi Mohan said...

lagi2 Sistem.

Kita lihat saja hasilnya nanti, apakah anak2 sekarang lebih pintar, kreatif, serta lebih berakhlak dibandingkan generasi sebelumnya.

http://hanafimohan.blogspot.com/

Dian prawira said...

nah sekarang pertanyaan lagi... perusahaan-perusahaan yang 'katanya' bonafit mematok standar IPK sebagai syarat untuk bekerja di perusahaan tsb. Nah, apakah IPK bisa dijadikan standar bahwa seseorang itu mempunyai potensi yang diharapkan perusahaan. Sedangkan mungkin saja sang peraih IPK tinggi itu disebabkan saat kuliahnya bisa 'menjawab soal' ujian akhir dan mid semester, dan rajin 'datang kuliah'.

Anonymous said...

Salam dr Dubai... tumpang lalu ingin bercerita.
Suatu ketika dahulu, saat menjejak kaki ke sebuah propensi kepulauan dalam usaha mengenal, di negara yg punya umat Islam teramai di duania. Sendiwara kehidupan berlaku di depan mata.
A small kid by the aged of 7 is crying and quarrelling with a very old lady ( the grandmother ) at the jetty of Pelni. The kid want to go to school but the lady would rather her grandson selling newspaper.
“Baik aja kau jualan Koran agar nanti bisa beli permin”
So, tell me, what is the end of that real life drama?

Post a Comment